Thursday 10 July 2008

'Sembahyang'; Identitas Umat Beragama

Oleh: Alfina HM

Agama merupakan landasan setiap umat manusia, termaktub dalam kisah panjang bagaimana sebenarnya manusia itu membutuhkan sesuatu yang supreme-power untuk bersandar dan menyerahkan diri. Tak lepas dari itu, setiap agama pasti memiliki ritual dan ibadah yang berbeda dan bermacam-macam. Karena ritual merupakan bagian pokok dari suatu agama. Dengan kata lain ia disebut juga sebagai tata cara keagamaan. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa orang yang beribadah atau melakukan ritual tertentu berarti ia adalah penganut agama tersebut, maka segala praktek keagamaan seperti 'sembahyang' adalah sebuah identitas bagi setiap umat beragama.

Agama Hindu memiliki keyakinan terhadap banyak Tuhan (dewa-dewa) yang harus mereka sembah, seperti Brahma, Wisnu, Siwa dll. Begitu juga dengan agama Budha yang mengabdikan dirinya dalam ritual-ritual agama seperti yoga untuk mencapai nirvana. Umat Yahudi melakukan sembahyang atau doa selama beberapa kali dalam sehari (sekharit, Mincha, ma'ariv), puasa dll sebagai ritual mereka. Tak ketinggalan dengan umat Kristen yang biasa melakukan ibadah mereka setiap hari minggu seperti Eucharist yang mereka percayai sebagai seremonial suci, serta masih banyak sakramen lainnya. Lalu bagaimana dengan ritual umat Islam yang terangkum dalam lima rukum Islam, misalnya salat? Kenapa seorang muslim harus salat dan apa untungnya meninggalkan salat? Bukankah masih banyak ibadah lainnya yang berpahala seperti bersedekah, membantu orang lain dll?

Salat merupakan suatu ibadah memuliakan Allah Swt yang menjadi tanda rasa syukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telah diatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw dengan ketentuan Al-Quran dan Sunnah. Salat sendiri sudah ada dan telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu, seperti perintah salat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya, Nabi Syu'aib, Nabi Musa, dan kepada Nabi Isa Alaihim Assalam. Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh kisah-kisah yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil) yang menceritakan bagaimana Nabi-nabi terdahulu melakukan salat (beribadah kepada Allah Swt). Berikut isi Perjanjian Lama dalam kitab keluaran (Exodus) 34:8 "Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut dihadapan Tuhan yang menjadikan kita". Dalam Perjanjian Baru dikatakan dalam surat Markus 14:35 "Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya". Dengan demikian maka jelas bagi umat Islam bahwa salat sudah menjadi tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi dan Rasul Allah beserta para pengikutnya sepanjang jalan, Allah Swt telah berfirman: "Sebagai ketentuan Allah (sunnatullah) yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekalipun tidak akan menemukan perubahan bagi ketentuan Allah itu" (Q.S: Al-Fath: 23)

Dalam Islam salat merupakan salah satu rukun Islam, dimana agama akan kokoh berdiri diatasnya. Salat juga merupakan pengabdian (ketundukan) yang mencakup fisik, mental dan spiritual seorang muslim kepada Allah Swt yang diawali dengan mengucapkan Takbir (Allahu Akbar) meyakini bahwa Allah Swt Maha Besar dan diakhiri dengan salam. Begitu pentingnya salat bagi seorang muslim telah berulang kali Allah tegaskan dalam firman-Nya, bahwa hukum yang berlaku bukanlah 'semau' hamba-Nya, akan tetapi sudah ditetapkan dan tidak bisa ditawar lagi.

               Allah Swt memberikan keutamaan mengerjakan Salat dengan perintah untuk selalu menjaganya karena

semua amal saleh akan dibalas dengan surga kelak, dimana kita akan tinggal selamanya. Allah Swt berfirman:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusuk dalam sembahyangnya"

(Q.S: Al-Mukminun 1-2)

Wallahu a’alam




1 comment:

Pami said...

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang ya.....

--> eman-eman, kopasnya kepotong...

seringkali, para orang tua (di jawa) 'nitip' sarat
"pokoke sembayang.."
untuk calon mantunya...