Saturday 29 March 2008

A CONFESSION

“Kita hidup dibawah naungan teror”, demikian kata Barat menuding rangkaian teror yang ditebar kaum ‘fundamentalis’ melalui gelombang teror dari runtuhnya menara kembar WTC di New York, bom bunuh diri di Bali, hingga peledakan kereta api di madrid. Untuk memahami kemerosotan hubungan tiga arah Yahudi, Islam dan Kristen yang semakin menunjukkan kemerosotannya dengan munculnya berbagai sikap intoleran dan curiga, kita harus menelusuri kembali dan menguji asal usul sejarah dan perkembangan tiga agama besar di dunia ini dan bagaimana proses perubahan hubungan antara ketiganya. Para Islamolog menemukan bahwa dalam Islam terdapat trdisi toleransi yang termanifestasi secara de jure dan de facto terhadap keyakinan atau agama yang lain. Dalam kitab suci Al qur’an, umat Kristiani dan Yahudi di sebut sebagai ahli kitab diperlakukan dengan penuh hormat dalam nuansa toleransi sepanjang sejarah kekuasaaan Islam. ahli kitab dengan segala keyakinan dan keimananya sama seperti Islam, muncul dari sumber wahyu spiritual. [1] Lebih lanjut lagi, sejarah mencatat kontribusi Islam dalam perkembangan peradaban Barat sangatlah kuat.
Bermula dari penghancuran dramatis kota Jerussalem oleh tentara Romawi pada 70M, hampir seluruh keturunan Yahudi dengan berberat hati kabur menyelamatkan diri ke berbagai daerah di Eropa hingga Jordan selama masa pegasingan. Ajaran merekapun mulai menyebar disamping kristen koptik yang pada waktu itu sedang dilanda perang teologi tentang kemanusiaan Jesus. [2]
Pasca pengasingan tersebut, tepatnya tahun 570 M Rasulullah lahir, beliau sepenuhnya yakin akan kebenaran ‘utusan Allah’ yang disandangnya sebagai penerus ajaran-ajaran terdahulu. Beliau datang untuk merekonstruksi pondasi keyakinan agama yang telah mengalami berbagai distorsi dan manilpulasi. Berbeda dengan Kristen yang selalu penuh hasrat menekan agama lain, Islam dari awal datangnya bersama Rasulullah senantiasa menekankan betapa pentingnya toleransi antar agama, yang kemudian berdampak dengan kedamaian harmonis antara tiga agama samawi tersebut dibawah naungan hukum Islam. Yahudi sebagai cotoh, disaat penganutnya menghadapi dua dilema antara mati atau hidup sebagai warga kelas rendah di Eropa, menikmati kekayaan budaya dan keyakinan mereka dengan leluasa, demikian juga Kristen dipersilahkan untuk menjalankan ritual agama sebebas bebasnya dibawah naungan Islam. Berbagai aliran spiritual dalam Yahudi dan Kristen termasuk paham Kaballah disinyalir muncul dengan penuh gairah dalam atmosfir kerukunan beragama dimasa Islam berkuasa.[3]
Pengaruh Islam Spanyol terhadap perkembangan Barat modern tidak bisa dipungkiri. Berbagai institusi mutakhir kala itu di Andalusia merupakan ide awal dari munculnya universitas sekelas Oxford dan Cambridge di Inggris.[4] Di saat para bangsawan Eropa masih berkutat dalam monarki absolut, Islam telah menjadi rumah singgah yang nyaman bagi para filosof, ilmuwan, penyair, matematikawan dan astronom.[5] Islam dispanyol juga memberikan warisan arsisektur dan peninggalan karya seni yang berlimpah. Literur-literatur mengenai filsafat, logika, matematika, arsitek dan seni tersebut diterjemahkan dari bahasa Arab bukan bahasa Yunani atau Suryani. Pola pikir yang modern dari ilmuan muslim kemudian merayap menyelusuri pemikiran para ilmuwan teolog Kristen di Barat dalam menentukan modelnya.[6] bersamaan dengan filsafat dan matematika Islam juga membawa ilmu kedokteran dan arsitek yang merupakan buah dari perpaduan spiritual-intelektual Islam dimana wahyu menjadi panutan.
Ssegala hal tersebut diatas tiba-tiba menjadi kontras apabila subjeknya diganti dengan Kristen. Hal ini tampak dengan jelas bagaimana brutalnya inkuisisi dan gaya opressif gereja yang mengaku sebagai ‘jelmaan tuhan’ pasca disalibnya jesus, hal serupa juga tercatat jelas dalam lembaran sejarah dimasa perang salib. Disaat para ksatria Kristiani secara keji menyembelih ‘infidel’ setelah mereka menguasai jerusalem, Islam justru memberikan ruang penuh aroma ‘enlightment’ dan buaian intelektual yang menaungi para ‘infidel’ tersebut. Spanyol bukan hanya satu-satunya jembatan tradisi antara Kristen dan Islam. penaklukan Islam atas sicilia dan berbagai tempat lainnya merupakan lahan subur dalam proses perkawinan budaya tersebut.
Dalam kehidupan yang serba rumit sekarang ini, dimana agama dan tradisi islam diserbu beragam tuduhan pejoratif dari berbagai penjuru, harusnya Barat sadar, mengingat dan mengakui bagaimana mereka dimasa tirani intoleran Kristen (baca: gereja), begitu berhutang pada wawasan spiritual dan tradisi islam berupa toleransi agama, penghormatan luar biasa terhdap segala bentuk kegiatan ilmiah, konsep persaudaraan yang masih sangat relevan hingga saat ini. Barat telah mendapat pelajaran berharga oleh Islam di Spanyol, disaat Eropa dalam kegelapan dibawah opresi gereja dan intoleransi beragama, kejumudan pikiran dan penganiayaan intelektual. Confess it!
Albi HI-141 290308
[1] Goodwin, Geoffery, Islamic Spain, hal. 8-9
[2] Armstrong, Karen, History of Jerussalem, hal. 153
[3] Armstrong, Karen, Muhammad, hal 22-23
[4] Ahmed, Akbar S, Discovering Islam, hal. 4
[5] Goodwin, Geoffery, Islamic Spain, hal. 5

[6] Wallace Murphy, What Islam Did for Us, hal. 3

No comments: