Ramadhan, demikianlah orang menyebutnya, rangkaian hari dalam sebulan yang penuh dengan untaian rahmat Ilahi, lantunan ayat-ayat suci, dzikir, sedekah, zakat, dan banyak lagi kebaikan dan berkah didalamnya. Seandainya dalam setiap tahunnya selalu dilalui dengan indahnya ramadhan. Atau mungkinkah kita sebagai umat Islam telah salah dalam memahaminya? Seakan ramadhan hanyalah satu-satunya waktu dalam ajang kontes pertandingan amal dimana seluruh umat berlomba menjadi juara, namun di bulan yang lainnya tidak ada bekas sama sekali dalam kehidupan serta perilakunya.
Ramadhan adalah bulan pelatihan diri, bukan hanya pelatihan dimensi spiritual saja, namun ia merupakan olah fikir, olah jiwa dan olah raga. Bilamana manusia tanpa siyam/puasa, tanpa latihan menahan diri, sebagaimana bilamana ia tanpa rukun/tiang Islam yang lain, apalagi tanpa ajaran Islam sedikitpun.
Banyak yang takut dan phobia terhadap Islam karena ada yang memakai Islam untuk alat kepentingan dirinya, keluarganya atau kelompoknya; sebab dalam sejarah agama manapun hal tersebut sering terjadi; agama untuk kepentingan dirinya, keluarganya, kroni-kroninya, kelompoknya, golongannya dsb.
Hal ini harus diluruskan, dikembalikan lagi bahwa Islam adalah penghormatan dan penghargaan, islam adalah identitas, pelatihan, pendidikan dan pelatihan untuk selalu berlomba-lomba fastibiqul khairat dunia akhirat.
Diatas status dan fungsi itu semua Ramadhan merupakan ibadah, ubudiah, pengabdian; bakti, persembahan; penyembahan, penghambaan.
Puasa merupakan ujian menuju perolehan maslahat manusia sendiri. Sayang kita kurang atau bahkan tidak sadar,seakan itu untuk Allah swt. saja, berdasar sabda Rasul dalam hadits:
....fa'innahuu lii, wa ana ajzii bihii,dst.; artinya puasa adalah untuk KU. Kita harus menyadari bahwa puasa kita, ramadhan kita banyak mengandung nilai plus bagi diri kita. Ia merupakan Santapan otak, bimbingan jiwa dan tuntunan budi menuju kualitas insan yang berTAQWA. Dalam Islam, tidak ada kegiatan ibadah yang sepi dan kosong dari kandungan unsur kejiwaan dan nilai – nilai kemanusiaan. Penataan aneka ragam bangsa juga ditanamkan dalam sendi-sendi IBADAH KITA. termasuk juga ibadah Ramadhan. Sehinga dengan berpuasa kita bisa menjernihkan hati, mencerahkan fikiran dan menggelorakan amal shaleh.
Maka salah apabila kita menilai puasa dan ibadah-ibadah yang lainnya sebagai dimensi individual-spiritual, hubungan vertikal tanpa unsur horizontal. Islam mencakup semua. Vertikal dan horizontal, spiritual dan intelektual. Maka dari itu naif apabila ada segolongan orang dengan melihat pengalaman pahit umat beragama lain menyatakan bahwa Islam adalah agama pribadi, agama antar individu dan tuhannya. Karena banyak sekali unsur pembelajaran sosial dibalik ritual ibadah tersebut. Dalam hal ibadah shalat misalnya, imam sholat/masjid, siap dengan cadangan yang tak kurang kualitasnya. Apa dasar filisofis, rahasia, hikmah "WHY, mengapa?" nya. Adzan, waktu dan "the man" nya, juga lafadh-lafadhnya.
Kesehatan, kekuatan dan kesabaran sebagai tiang - tiang persyaratan setiap ibadahnya. Subuh, dhuhur, ashar, maghrib, isya' dengan kedisiplinan disiplin dan rahasia - rahasianya, spesifikasinya. Di tambah dengan sarana dan prasarana kualitas keikhlasan, kekhusyukan yang harus diupayakan dengan perwujudan maksimal. Why? Disinilah salah satu tanda universalitas Islam. Yang merangkul segala aspek kehidupan. Islam bukan hanya olah rohani, namun upaya dalam melatih kesadaran manusia untuk sholeh secara individu, sholeh secara sosial dan menjunjung tinggi profesionalisme dengan catatan berlandaskan pada ajaran qur’an dan sunnah rasulNya. Sehingga kebahagiaan dunia akhirat bisa tergapai. Ramadhan, merupakan salah satu rangkaian ibadah untuk menuju tujuan tersebut.
Disinilah diperlukan kesadaran individu dalam berIslam. Pidato, ceramah, diskusi, dialog, seminar, dan sebagainya tidak cukup, belum menjamin keberhasilan penyadaran. Kesadaran diharapkan datang bila dikerjakan dengan faham yang benar. Maka, kegiatan-kegiatan Ramadhan, sayang bila kurang diintensifkan; dilengahkan! Merugilah kita bila dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya justru menurun kwalitas dan kwantitasnya, rugi dan merugikan! Kehilangan sesuatu yang mahal tidak pantas kalau tidak menimbulkan penyesalan.
Untuk mewujudkannya, memang perlu usaha membina, menciptakan kemauan, kesempatan dan miliu penunjang. Tidak berdosa, insya Allah, bila dilakukan dengan sedikit pemaksaan. Harus diingat bahwa syetan juga mengintensifkan pemaksaan agar tidak taat. Kita berusaha,berupaya, IBLIS menggoda kita; tidak berusaha, tidak berupaya IBLIS juga menggoda. "berpuasa, menahan diri, membentengi nafsu ditengah-tengah arena pesta pora kema'siatan: makan, minum, gerakan/tontonan/pertunjukan syahwat keduniaan, merupakan ajang pelatihan diri, pembelajaran dan penyadaran diri. Dengan puasa ramadhan umat kita akan berhasil memenanginya! Hingga IBLISpun gigit jari!
Ramadan merupakan ujian sikap nyata,dalam amal perbuatan, bukan ujian lisan bukan ujian tulis juga bukan sekedar ujian fisik kekuatan. Spesifikasi Ramadhan sebagai bulan obral rahmat kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNYA, investasi ritual, dan sosial. Haruslah kita manfaatkan dengan sesempurna mungkin sebagai Benteng proteksi total dari segala macam dan bentuk bisikan rayuan kesesatan.
Kegiatan ramadhan adalah ibadah, keilmuan, kesadaran, kepedulian dan kemasyarakatan, mewaspadai penjajah akbar, paling berat "PEMUASAN NAFSU DIRI", sebab kalau dibebaskan, tidak disegerakan, sampai melestarikan Ibahiyyah, Permisivveness sungguh akan merusak kesehatan jiwa raga kita nantinya. Siyam Romadlan Kita bukan berupa menghadiahi sesaji makan minum, jasa kepada ALLAH tapi dengan bakti pengabdian total dan pengorbanan maksimal, kapital aset-aset tabungan dihari penghitungan,"yaumul hisaab" menuju falaah, kemenangan, sa'aadah, kebahagiaan. Untuk di dunia, Untuk diri kita, dan untuk akhirat kita.
Kalau ada orang kafir mengatakan " It's good for you but not good for me" maka demikianlah ma'na ibadah dalam Islam. ALLAH punya kriteria, dan raport tersendiri.
1 comment:
Selamat menunaikan ibadah puasa ^^!
Kupungut pundi-pundi memori yang tercecer di pikiran dan hati. Kupaksa tunduk meriam ego dari hijaunya rumput-rumput ambisi. Berteriakku pada hening lembayung jiwa yang tak kunjung bertepi. Bergelayutku pada curamnya rongga-rongga hakiki. Tiba-tiba diam terjatuh pada tumpulnya duri angka-angka binari. Kuyupku oleh kumpulan bilangan nol dan satu yang berganti-ganti. Mereka meminta verifikasi data pribadi yang terenkripsi dalam mimpi. Tapi terganjal oleh tebalnya sandi dalam hitungan sanubari. Apakah ini cuma emosi dalam wujud simpati? Bukankah ini cuma malam bertopeng hari? Tidakkah mereka bisa merubah alegori imaji? Sadarkah bahwa bumi cuma sugesti? Oh keinginan yang tak kunjung berhenti. Istirahatlah kau dalam pelukan bulan suci tahun ini. Biarkanlah aku, dia, dan kami semua, berperisai dalam janji. Berkepompong erat hingga bisa berpendar kembali.
Post a Comment