Thursday 24 April 2008

PERADABAN BARAT DAN TIMUR

Alfina Hidayah

Peradaban seringkali dimaksudkan sebagai nilai-nilai, kepercayaan, materi atau substansi-substansi, keilmuan, adat-istiadat yang terdapat pada sekelompok masyarakat. Semenjak awal manusia diciptakan yaitu nabi Adam as dan istrinya Hawa, maka dari keturunannya-lah peradaban manusia bermula dan terus berkembang, termasuk didalamnya para nabi dan rasul pada zaman, kondisi serta tempat yang berbeda-beda.
Beribu tahun lamanya peradaban manusia terus berjalan, hingga munculnya peradaban Mesir kuno yang dikenal sebagai peradaban tertua di dunia Timur, yaitu berkisar sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Pada masyarakat ini telah ditemukan banyak kemajuan berbagai bidang, diantaranya yang berkaitan dengan keilmuan, sosial, dll. Salah satu contoh tersebut adalah ilmu matematika, untuk pertama kalinya telah ditemukan di negeri ini, kemudian muncul pula ilmu handasah dan Astronomi. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang tidak ‘remeh’ atas kemajuan India dan Iraq dalam ilmu berhitung, Yunani dalam ilmu handasah, dan Arab dalam ilmu aljabar. Fenomena ini terjadi karena peradaban India, Iraq, Yunani dan Arab mulai berkembang dan maju setelah peradaban Mesir kuno hadir ribuan tahun sebelumnya.
Kemudian Babilonia dan Syuria muncul dengan perkembangan ilmunya yang sedikit banyak merupakan persilangan budaya dengan Mesir kuno, disamping juga karena mereka rata-rata bermata pencaharian sama sebagai pedagang, sehingga berbagai ilmu telah berkembang di tanah Babilonia dan Syuria. Seperti ilmu berhitung, Astronomi, ramalan (prakiraan) cuaca dan kalender tahunan. Kemajuan yang ada pada masa itu akhirnya terus tumbuh dan meluas hingga Persia, India dan Cina. Dalam masyarakat India sendiri telah berkembang ilmu matematika dengan bermacam-macam bagiannya. Ilmu logika untuk pertama kalinya didirikan dengan berbagai pokok pembahasan sebelum munculnya ilmu logika yang disusun oleh Aristoteles. Banyak ditemukan pemikiran filsafat yang lebih kompleks dan jauh lebih maju dari peradaban-peradaban sebelumnya. Para ulama India dikenal sebagai gurunya Pythagoras (ahli matematika) dari Yunani, namun sayang hal itu banyak di ingkari oleh para penerusnya, dengan mengatakan bahwa Pythagoras-lah pendiri dan pionir Ilmu matematika. Begitu juga para ulama India terdahulu, mereka adalah ‘guru’ bangsa Arab dalam ilmu berhitung, handasah, dan Astronomi.
Setelah sekian lama peradaban manusia mengukir kejayaannya di Timur, muncul Barat beberapa ribu tahun kemudian. Peradaban baru itu diawali dengan munculnya kajian filsafat pada abad ke-6 SM. Adalah Thales yang diakui oleh Aristoteles sebagai filosof pertama Yunani. Filsafat kian pesat berkembang di negeri ini (Yunani) melalui kiprah filosof kenamaan Socrates, Plato dan Aristoteles yang bermuara di sebuah sudut kota bernama "Athena".
Barat telah merubah dunia dengan wujud peradaban baru yang bermula dari Yunani, mereka mengumandangkan slogan ‘Barat adalah pelopor ilmu pengetahuan dan kebudayaan’. Padahal sejarah telah mencatat sekian banyak peradaban-peradaban maju dan berkembang di belahan Timur bila hanya dibandingkan dengan kota Athena yang besarnya sama sekali tak sebanding dengan Mesir kuno, Babilonia, Syuria, Persia, India dan Cina. Disini bangsa Eropa berpandangan bahwa peradaban yang ada di Timur itu hanyalah sebuah kemiripan saja dan terikat (berkaitan) dengan agama atau akidah-akidah masyarakat mereka, sehingga tidak bisa dikatakan sebagai awal berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan manusia. Namun ungkapan tersebut telah dibantah oleh bangsa Timur, dengan mengatakan bahwa sejarah itu berjalan dari masa lalu (lampau) ke masa yang baru (depan). Fenomena yang ada di timur merupakan perjalanan masa yang mendahului barat, maka segala pengaruh-pun akan datang dari yang lama kepada yang baru, bukan sebaliknya. Sedangkan Thales (6 SM) yang diakui Aristoteles sebagai filosof pertama, bagaimana-pun ia telah berguru ke timur (India), karena pada masa tersebut India dan bangsa-bangsa lain yang ada di Timur sudah banyak berkembang. Dengan demikian barat sendiri telah mengingkari kebenaran sejarah.
Peradaban Yunani (barat) yang kini banyak digaungkan sebagai kiblat dunia modern, tentu tidak bermula hanya dari satu unsur tapi disana ada sebuah proses adaptasi dengan lainnya , begitu juga dengan Islam. Islam telah beradaptasi dengan berbagai peradaban sebelumnya tapi disana ada proses filterisasi yang baik, dengan berpedoman kepada worldview Islam. Dengan singkat kita dapat menyimpulkan bahwa selama berjalannya sejarah peradaban manusia tidak kita temukan adanya peradaban yang sejati, yang ada yaitu peradaban dan kebudayaan yang saling berinteraksi dan beradaptasi, yang kemudian diperlukan dalam prosesnya adalah filter atau penyaring. Seperti yang dikemukakan oleh Claude Bernard, seorang tokoh logika modern: "Suatu paham itu tidak ada yang baru, yang ada adalah saling mengadopsi, mereformasi dan menambahi." Jadi tidak ada teori atau isme-isme yang tetap dan benar, karena yang haq dan abadi hanyalah Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya. Wallahu A'lam Bisshowab. (Anna,26/3/08).

Referensi:
Dr. Mansyawi Abd Rahman, Fi tarikh al fikr al falsafi, Dar Al saqafah Al ‘arabiyah, Cairo, 1999
Jostein Gaarder, Sophie's World, New York, 1994
Dr. Abdul Hamid Madkur, Dirasat fi ‘Ilmi al Akhlaq, Maktabah al Syabab, 1990

*Disampaikan penulis pada acara "Berbagi Ilmu", yang diselenggarakan oleh bagian Keputrian IKPM, kamis 13 Maret 2008.

1 comment:

HISTORY FOR A WISDOM said...

sejarah eropa tak bisa lepas dari peran para filosof

http://adhytiawans.blogspot.com