Tuesday, 31 July 2007

Islam, Fundamentalisme dan Dongeng pengantar tidur

Melihat berbagai fenomena yang ada saat ini, entah dinegara kita maupun dipakistan (dan juga Negara muslim majority lainnya) tiba2 saya teringat dengan dongeng “lullaby” sebelum tidur ibu tercinta saya….
Singkat ceritanya begini….
Ada seorang pemuda yang tampan, mempunyai teman hewan peliharaan beruang yang sejak kecil sudah dilatihnya dan amat setia. Pada suatu hari, sang pemuda ketiduran dibawah pohon rindang. Ia diganggu oleh seekor lalat, sehingga terganggu tidurnya, sang beruang berusaha mengusir lalat tersebut, namun dasar lalat, diusir sekali datang lagi dan begitu seterusnya.
Melihat hal ini si beruang yang taat dan setia itu, merasa jengkel karena tuannya diganggu tidurnya. Saking jengkelnya diambilnya batu besar disampingnya dan dengan sekuat tenaga dilemparkannya kearah sang lalat. Lalat itu mati, tapi pemuda itu juga mati, karena lalat yang dilempar tadi tepat berada dikening si pemuda.

Saya baru sadar sekarang, betapa dalam nilai yang bisa diambil dari dongeng pengantar tidur tadi…
Kita semua mencintai Islam sebagai agama kita. Kitalah beruang dalam dongeng tadi. Dan Islam adalah pemuda tampan itu. Lalat adalah gangguan2 yang muncul dari umat Islam terhadap Islam, entah itu ‘fundamentalisme’, cara berpikir beku (malas pakai otak lebih suka berperilaku), golongan sekuler-liberal atau ‘penyakit’ seperti yang dibilang Muladi. Kita menghindarkan segala bahaya tadi dari Islam agar tetap subur dan menjadi pegangan kita. Caranya dengan menghalau lalat tadi dengan sapu lidi, obat atau kipas dan lain sebagainya. Dengan kata lain kita menjaga Islam dari segala gangguan tadi dengan mendidik diri kita supaya tidak hanya belajar fikh saja atau hadits saja atau tafsir saja, akan tetapi -umpamanya saja- melihat fiqh abad 10-15M dengan konteks sosial sekarang, cara kita bukanlah seperti yang dilakukan beruang tadi, karena dengan tindakan sembrono meskipun dengan niat yang baik (niat saja gak cukup!) maka matilah si pemuda tadi.
Dengan munculnya berbagai macam ‘penyakit’ dalam ‘tubuh’ kita, kita harus berfikir jernih dengan niat yang tulus mencari ‘obatnya’ sehingga cerita siberuang diatas tidak perlu terulang kembali…….

No comments: