membaca kembali beragam diskusi, perdebatan, dialog, analisis, argumentasi, interpretasi dan pertukaran pendapat dalam Islam adalah merupakan hal yang wajar, karena memang Islam adalah agama yang meletakkan akal pada tempat yang tinggi, banyak ayat2 alquran yang secara tegas mensinyalir urgensi akal dan penggunaannya, tapi al qur'an juga memperingatkan bahwa penggunaan akal harus di"monitor" oleh wahyu Tuhan.
mengingat hal diatas rasanya kurang bijak-menurut saya- kalau pintu2 menuju ruang keilmuan yang progressif dan dinamis ditutup begitu saja dengan dalih 'takut' akan terjadinya perpecahan umat, memang kita juga harus berhati2 untuk mengemukakan suatu 'bahan' untuk didiskusikan, mengingat dalam Islam ada ajaran2 absolut yang bersifat statis dan tak boleh berubah. apalagi bila hal2 yang sensitif tersebut kita lontarkan begitu saja kepada "khalayak". tapi untuk kalangan akademisi?.......kenapa tidak? bahkan menurut saya hal tersebut merupakan langkah positif yang perlu kita kembangkan. bukankah kita juga yang nantinya akan menghadapi 'bombardir' pertanyaan2 berkenaan dengan hal2 sensitif tersebut dimasyarakat? lalu jawaban apa yang akan kita berikan apabila pintu2 menuju ruang tersebut ditutup? bukankah dampak negatifnya akan lebih besar?
sejak lama, disetiap sejarah peradaban manusia pasti terjadi perbedaan dan pertentangan, tak lepas pula umat Islam, bahkan para sahabat sekalipun, banyak contoh yang telah kita ketahui bersama dan tak perlu saya sampaikan disini. dengan kata lain, perbedaan pemikiran adalah evolusi, adaptasi dan perubahan-yang cepat atau lambat-pada keperluan manusia dalam sejarah peradabannya yang terus mengalami perubahan. sudah barang tentu proses menuju perubahan tersebut bukanlah hal yang mudah dan tak jarang menyebabkan adu argumen dan pendapat yang kadang diselingi dengan kata2 yang pejoratif. ini merupakan keharusan "sunnatullah". kita tidak bisa memaksakan "uniformy" (penyeragaman) dalam satu perkara, karena itu akan menyalahi 'fitrah'.
bukankah sebagai muslim kita wajib tahu tentang agama kita? (apalagi sebagai mahasiswa, otomatis tanggung jawab tersebut semakin besar dan berat) bukankah kita harus mengetahui seluk beluk dinamikanya?
semakin kita menguak dan membuka lembaran2 sejarah agama kita, akan semakin terbuka pikiran kita, bagaimana beragamnya pendapat pendahulu kita mengenai agama dan penafsirannya. memang tidak kita pungkiri ada memori yang berdarah2 berkenaan dengan kasus 'beda pendapat' tapi apakah dngan demikian kita kemudian menutup dialog, diskusi dan tukar pikiran mengenai hal yang mungkin dianggap "peka dan sensitif" oleh sebagian kalangan? apakah setiap hal yang 'dikhawatirkan' nantinya menimbulkan perpecahan kemudian kita berhenti mengkajinya?lantas apa yang akan kita lakukan jikalau berbicara mengenai khilafah, jihad, pluralisme, poligami dkk dilarang dngan dalil "sesama muslim kok gak akur!.....
banyak perkara dalam agama kita yang memunculkan keragaman pendapat umatnya. menurut saya, menghindar dari hal2 yang sensitif tersebut bukanlah sikap yang dewasa, kita harus ingat, siapa kita dan untuk apa kita berdialog dan berdiskusi.....
perbedaan bukanlah 'hantu' yang harus kita takuti, untuk menghindarinya bukan berati kita harus lari darinya...menurut saya, yang terpenting adalah sikap dewasa kita dalam melihat segala perbedaan yang ada......bagaimana kita berusaha dengan tenang menghadapi isu2 "peka" tersebut dan bukannya kabur, ketika anda lari darinya, berarti anda juga telah lari dan menghindar dari sunnatullah.
saya kira sebagai mahasiswa tidaklah layak untuk menutup diri dari hal2 yang teramat penting tersebut (pembahasan masalah agama) bagaimana kita berani lantang berteriak Muslim sedangkan kita tidak mengetahui apa hakikat Islam kita........
perbedaan bukan untuk dihindari,
perbedaan tidak selamanya melahirkan perpecahan...
tapi perbedaan bisa melatih kita untuk lebih peka, bijak dan dewasa.....
untuk apa ada dialog dan diskusi dimilis ini kalau kita takut berbeda?
demikian, mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan.
wassalam
hamdan maghribi
Tuesday, 31 July 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment