dalam mata kuliah 'comparative religion' kita bisa melihat begitu banyak tekanan2 dan beban psikologis dalam umat kristiani (inkuisisi, penolakan sains dan konflik sektarian).melihat hal ini, tindakan yang diambil oleh para pemuka kristen dengan meski 'terpaksa' merevisi ulang konsep teologis mereka agar sesuai dengan perkembangan zaman. akhirnya mereka merubah pandangan 'eksklusif' mereka menuju pandangan yang terbuka 'inklusif' namun (menurut sebagain besar mereka) itu saja belum cukup, mereka kemudian melebarkan sayap teologi inklusifnya menuju teologi yang bercorak 'pluralis'. hal ini mendapat reaksi keras dari pihak kereja yang kemudian pada tahun 2001 mengeluarkan dekrit 'dominus jesus' yang secara tegas menentang pluralisme agama.
maka amat wajar kalau kiranya Huston Smith (the worlds religion,1991) menyimpulkan bahwa 'christianity is basically a historical religion.........' (tolong islahnya pak Eko ya kalo salah...). kristen merupakan agama sejarah, maka dari itu perubahan 'evolusi teologi' masih terbuka. karena konsep teologisnya terbentuk melalui proses sejarah yang akhirnya melahirkan 'kristens' (kristen yang banyak) yang mengakibatkan relatifnya 'truth claim'. kebenaran menjadi relatif sesuai pendapat masing2 yang dalam istilah filsafatnya sufhisthaiyyah 'indiyyah hal yang demikian ternyata juga terjadi dalm agama hindu budha dan agama kulturan dan agama sejarah (historical religion) lainnya.
contoh perubahan ekslusif-inklusif-pluralis bisa kita tengok dari pertarungan martin luther-paus. yang mengakibatkan pengucilan dan ancaman hukuman mati pada luther. luther akhirnya melarikan diri dan kemudian mendirikan kristen protestan. hal tersebut disusul dngan konflik berkepanjangan -sampai hari ini- dan merupakan catatan kelam dalam sejarah umat kristiani. disamping hal2 yang sudah dipaparkan diatas, problematika teks bibel juga menambah kerincuan polemik sektarian dalam kristen. yang pd ujungnya menjadikan agama (kristen) harus mengubah diri dan beradaptasi dengan sejarah, yang sesuai dengan tuntutan sekularisme dan liberalisme peradaban Barat.
demikian polemik teologis kristen yang rumit, yang kita sayngkan sekarang, mengapa para 'ilmuan' muslim (termasuk Indonesia) latah ikut2an umat kristiani? (dengan menerapkan paham islams (banyak islam) ) harusnya kita melihat secara adil jangan asal 'membeo'. kita harus meletakkan keduanya secara adil dan proporsional. kajian yang kritis dan mendalam tentang sejarah, konsep dan fenomena modern terhadap kekristenan dan agama2 lain sangatlah diperlukan supaya tidak dengan mdah menggeneralisir masalah. karena pengabaian kajian2 kritis diatas akan menyimpulkan bahwa semua agama adalah sama,( ini bisa kita lihat dari pemikiran Huston smith, john hick, WC Smith, dan juga beberapa ulama muslim semisal husein nasr dan frichof schuon)
merujuk kepada pendapat mas ni'am mengenai teori objektifitas (metode yang bags akan menghasilkan objektifitas). kita harus melihat bahwa banyak dari teori2 dan metodologi yang lahir dari latar belakang yang khas sejarah Barat-Kristen tidak begitu saja dengan mudahnya diaplikasikan untuk studi terhadap Islam. disini dituntut kejelian peneliti dalam memilh dan memilah metodologi untuk penelitiannya. sebab apa? islam tidak mengalami problem teologis-historis sebagaimana yang dialamai kristen.
dengan demikian kita bisa menghidar tradisi latah dan 'membeo' kepada istilah asing (pengadopsian sah2 saja asal melalu proses islamisasi' dan penyaringan yang adil dan jangan sampai sang tamu (Barat) kemudian mengganti posisi tuan rumah(Islam) ) tanpa melakukan kajian ktiris-historis sebelumnya.
Islam bukanlah historical religion, al quran juga bukan merupakan 'karangan' rasulullah SAW, tapi Islam adalah agama wahyu dan alqur'an adalah wahyu dan bukan karangan manusia.
allahumma arina al haqqa haqqan war zuqna ittiba'ah
Tuesday, 31 July 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment